Selasa, 29 September 2015

Wilbur Lang Schramm




Wilbur Schramm lahir pada tanggal 5 Agustus 1907 di  Marietta, Ohio.
Schramm lahir dari pasangan Arch Schramm (ayah) dan Louise (ibu).
Schramm hidup di tengah kondisi keluarga yang cukup baik, terpelajar,
dan menggemari musik.

Sejak umur lima tahun, Schramm bermasalah dengan “penyakit” gagap dan
harus berjuang menghadapinya, sampai akhirnya gagap yang dideritanya
hanya “kambuh” kadang-kadang saja. Pada usia 21 tahun ia mendapat
gelar Bachelor dalam bidang ilmu sosial dan ilmu politik dari
Marietta College.

Selama belajar di sana, Schramm bekerja part-time sebagai wartawan
olahraga untuk Marietta Register dan kontributor (wartawan lokal)
untuk Asssociated Press. Dari bekerja sambilan tersebut, ia mendapat
penghasilan untuk membiayai kuliahnya.

Tahun 1930 Schramm memperoleh gelar Master bidang American Civilization
dari Universitas Harvard. Selama berada di Harvard, Schramm bekerja
part-time sebagai wartawan bagi Boston Herald.

Ia kemudian pindah ke Universitas Iowa, disebabkan dua alasan :

Pertama, biaya kuliah di Universitas  Harvard yang sangat mahal.
Kedua, untuk menyembuhkan gagap yang dideritanya, Schramm ingin
menemui Profesor Lee Edward Travis, salah satu pakar penyembuhan gagap.
Dan, kebetulan pada saat itu Profesor Travis sedang melakukan penelitian
di Universitas Iowa. Dua tahun kemudian, Schramm mendapat gelar
Ph.D. bidang Literatur Inggris dari Universitas Iowa. Selang
tahun 1932 s.d 1934, Schramm mendapat beasiswa dari American Council
of Learned Societies untuk program postdoctoral selama dua tahun, di
mana ia menyusun penelitian eksperimental bersama Dr. Carl E. Seashore.

Tahun 1932 s.d. 1942, Schramm menjadi asisten profesor di Jurusan
Bahasa Inggris Universitas Iowa. Pada masa ini ia mendirikan dan
mengepalai Iowa Writers’ Workshop, semacam forum pelatihan menulis
fiksi bagi mahasiswa.

Pada tahun 1942, Schramm meninggalkan Iowa untuk bergabung menjadi
educational director di Office of Facts and Figure dan kemudian Office
of War Information. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Amerika yang
sedang terlibat dalam Perang Dunia II.

Pada masa ini pulalah, Schramm mulai membentuk visinya tentang studi
komunikasi. Pada tahun 1943 s.d. 1947 Schramm menjabat sebagai Kepala
School of Journalism Universitas Iowa. Selain itu, Schramm juga
menemukan program doktoral pertama dalam bidang komunikasi massa :
di Universitas Iowa (1943), Universitas Illinois (1947), dan
Universitas Wisconsin (1950).

Tahun 1955 s.d 1973 Schramm mendapat gelar profesor di bidang
komunikasi serta menjadi kepala Institute of Communication Research
Universitas Stanford.

Selang waktu 1962 s.d 1973 Schramm juga  mendapat gelar sebagai
Janet M. Peck Professor of International Communication Universitas
Stanford, sampai akhirnya pensiun dari universitas tersebut pada
usia 65.

Selama dua tahun berikutnya, Schramm menjadi direktur East-West
Communication Institute di Hawai. Pada 1977, Schramm mendapat gelar
Ah Boon Hau Professor of Communication dari Universitas Hong Kong.
Schramm meninggal tanggal 27 Desember  1987 di Honolulu.

Schramm merupakan tokoh terpenting dalam ilmu komunikasi. Ia adalah
“Bapak Ilmu Komunikasi”. Schramm diakui secara internasional lewat
penelitiannya yang sebagian besar merupakan pnelitian tentang media
dan efek komunikasi.

Schramm merupakan orang pertama yang memikirkan dan menganalisis secara
mendalam “keajaiban” dan seni komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, ia juga mengemukakan model komunikasi yang terdiri atas :
sender, message, channel, coder, decoder, receiver, dan  noise.

Di samping itu, Schramm menyumbang pemikiran pada Four Theories of
the Press, yang terdiri dari model Authoritarian, Social Responsibility,
Libertarian, dan Developmental. Ia juga memberi kontribusi pemikiran
tentang konsep gatekeeping dan agenda setting.

___________________________________________________________________
Cat. Sumber :
Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study. New York : The Free Press.
http://www.utexas.edu/coc/journalism/SOURCE/j363/schramm.html
http://histsoc.stanford.edu/pdfmem/SchrammW.pdf   

Harold Dwight Lasswell



Lasswell dilahirkan di Donnellson, Illinois pada 1902. Ketika
berusia 16 tahun, ia masuk Universitas Chicago dengan beasiswa.
Pada tahun 1922 Lasswell mengambil program doktoral di bidang
ilmu politik.

Ia merasa tertantang karena bidang politik tidak terlalu berkembang.
Empat tahun kemudian, ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang tersebut
setelah melakukan studi dan mengumpulkan data di Swiss, Inggris, dan
Jerman.

Disertasi doktoral Lasswell adalah tentang analisis isi (content
analysis) propaganda selama Perang Dunia I. Tahun 1927 ia diangkat
menjadi asisten profesor ilmu politik di Universitas Chicago, kemudian
mempublikasikan disertasinya dengan judul “Propaganda Techniques in
the World War”.

Tiga tahun kemudian ia mempublikasikan buku dengan judul “Psychopatology
and Politics” yang menandai penggunaan teori psikoanalisis dalam
menganalisis pemimpin politik.

Tahun 1936 Lasswell mempublikasikan “Politics : Who Gets What,
When, How”, sebuah buku yang terkenal dengan pemetaan (mapping)
dalam mempelajari politik.

Dua tahun kemudian, ia memutuskan berhenti dari Universitas Chicago
yang telah membesarkannya. Selang setahun kemudian, ia (bersama
Dorothy Blumentack) menulis “World Revolutionary Propaganda :
A Chicago Study”.

Tahun 1939-1940 ia menjadi anggota paling fenomenal dalam The
Rockefeller Foundation Seminar on Mass Communication, di  mana ia
mendeskripsikan komunikasi sebagai who says what to whom via what
channel with what effect?

Tahun 1940-1945 ia menjabat sebagai Kepala Divisi Eksperimental dalam
Study of Wartime Communications, U.S Library of Congress. Selama
Perang Dunia II Lasswell juga menjadi konsultan untuk Office of Facts
and Figure dan kemudian Office of War Information. Analisis Lasswell
tentang propaganda menjadi input yang penting bagi Wilbur Schramm
dalam membangun visi tentang studi komunikasi.

Tahun 1946-1970 ia ditunjuk sebagai profesor di Law School Universitas
Yale (dan profesor ilmu politik, setelah 1952).

Tahun 1970-1976 ia mendapat penghargaan sebagai profesor kehormatan
di beberapa universitas, antara lain Universitas Yale, Universitas
Temple, dan Universitas Columbia.

Selama dua tahun kemudian ia menjadi presiden Policy Sciences Center,
sebelum akhirnya meninggal pada 18 Desember 1978 di New York
 karena pneumonia.  

Pemikiran Lasswell yang terkenal adalah analisisnya mengenai
propaganda selama Perang Dunia I. Lasswell, yang memang berlatar
belakang politik, kemudian mempublikasikan pemikirannya dalam bentuk
buku yang berjudul “Propaganda Technique in the World War”.

Menurut Lasswell, propaganda merupakan “usaha sepenuhnya untuk mengontrol
opini dengan menggunakan simbol tertentu, atau berbicara secara lebih
konkret (walaupun kurang akurat) melalui cerita, rumor, laporan, foto,
dan bentuk lain dari komunikasi sosial.

Propaganda memiliki empat tujuan : memobilisasi kekuatan sendiri,
memperkuat pertemanan dengan sesama sekutu, mempengaruhi pihak netral,
dan menjatuhkan mental musuh.” Lasswell juga terkenal dengan model
komunikasi yang dikemukakannya yaitu : Who says what to whom with
what effect?.Who merujuk kepada siapa yang mengontrol (menyampaikan)
pesan. Says What menunjuk kepada pesan yang disampaikan.

To whom merujuk kepada penerima atau audiens. Serta with what effect
berhubungan dengan efek yang terjadi.
_____________________________________________________________________________
Cat Sumber :
Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study. New York : The Free Press.
http://www.utexas.edu/coc/journalism/SOURCE/j363/lasswell.html
http://www.britannica.com/eb/article-9047261http://www.ipsonet.org/index.php?go=awards-lasswell

Senin, 28 September 2015

Sosiologi dan Seluk Beluknya


* Pemahmaman Umum

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti
kawan, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte
(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun
umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang
masyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi
hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.

Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan
yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan
berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

* Potret Sosiologi

1. Auguste Comte - 1842

Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama
kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan
kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.

Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir
di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari
perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.

Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial
berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban
manusia.

Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian
dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya
masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan
tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas,
tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.

Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim,
Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin
(semuanya berasal dari Eropa).

Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan
mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

2. Émile Durkheim

ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai
disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme
yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai
pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.

3. Herbert Spencer - 1876:

Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sociology dan memperkenalkan
pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian
yang tergantung satu sama lain.

4. Karl Marx

memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan
masyarakat.

Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang
berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi
penuntun perilaku manusia.

5. F. Ward
Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sociology.

* Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi ada empat:

1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan
yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut.[butuh rujukan]

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu,
menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban
tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu
jika dilanggar.

Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir,
dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat
memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertim
bangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan
tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam
sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan
tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi
di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.Menurut Wright Mills,
dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat,
riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk
melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan
isu (issues).

Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-
nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan
kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur,
maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini
pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi.

Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur
dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu,
yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas
yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah
dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian
prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari
penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari
masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu
pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

Empiris, yaitu
didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya
tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).

Teoretis, yaitu
selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-
unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan
sebab akibat sehingga menjadi teori.

Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada,
kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
   
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik
atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan
 masalah tersebut secara mendalam.

* Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan

- Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau
  ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala
  kemasyarakatan.

- Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin
  ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi,
  bukan apa yang seharusnya terjadi.

- Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam
  perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied
  science).

- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu
  pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk
  dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya
  peristiwa itu sendiri.

- Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum,
  serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi
  manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
  Hal ini menyangkut metode yang digunakan.

- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi
  mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

* Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

1. Untuk pembangunan

Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan
pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

2. Untuk penelitian

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh
perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah
sosial dengan baik

* Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek :

1. Objek Material

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala
dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan
manusia itu sendiri.

2. Objek Formal

Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai
makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal
sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses
yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

3. Objek budaya

Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan
satu dengan yang lain.

4. Objek Agama

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam
hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun
dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

* Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam
pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang
sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia
saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal,
mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan
alternatif pemecahan masalah tersebut.

Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota
baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang
cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah.

Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial
lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup
semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian
sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal,
misalnya antara lain:

1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang
berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-
sumber kekayaan alam;

2. Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian,
berkaitan dengan apa yang dialami warganya;

3. Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis,
misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang
tercatat, dan sebagainya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan
sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat
dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu
memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya
hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam
perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh,
riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan
latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor,
prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara pada
masa yang akan datang.

Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia,
sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat
memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses
dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu
pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar,
mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut.

Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia
dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

* Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

1. Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates,
Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk
begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat
mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir pada
abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas
Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang
fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa
yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan
pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat
belum terpikirkan pada masa ini.

Berkembangnya ilmu pengetahuan pada abad pencerahan (sekitar
abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai
perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada abad
ini.

Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar pada abad pencerahan, terus berkembang
secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur
masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru.

Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika,
revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang
diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di
seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari
pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

* Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan.
Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak.
Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta
dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata.

Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin
berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-
kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah. Revolusi
Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke
masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada
pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis.
Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar
telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan,
pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya
perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan
pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap
perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima
begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat
bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-
bukti yang kuat serta masuk akal.

Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali,
penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian),
perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga
krisis sosial yang parah dapat dicegah.

* Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di
Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang
notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke
Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk,
munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan
lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk
berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan
sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi
modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris).
Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta
sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial
itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara
menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya
penelitian (research) dalam ilmu sosiologi
_____________________________________________________________________
Cat :

PROSES KOMUNIKASI MASSA



Ciri/keistimewaan yang paling jelas dan nyata dari media massa
adalah mereka di disain untuk menjangkau “yang banyak” (umum).
Hubungan dalam hal ini tidak terelakkan adalah satu arah, satu
sisi, tidak mengenai orang tertentu (umum) dandan ada jarak sosial,
sama seperti jarak fisik antara pengirim dengan penerima informasi.
Hubungan ini tidak hanya asimetris, namun juga memiliki tujuan yang
kalkulatif dan manipulatif .

Pesan media sebagian besar adalah hasil kerja bertujuan mendapatkan
keuntungan untuk pasar media dan nilai guna untuk penerimanya,
konsumen media. Pesan media ini pada dasarnya adalah sebuah komoditas
dan yang berbeda dalam isi simbolis atas hubungan komunikasi manusia
yang memiliki perbedaan tipe pula.

Satu definisi awal (Janowitz, 1968) tentang Komunikasi massa dibaca
sebagai berikut: Komunikasi Massa terdiri dari kebiasaan dan cara-
cara yang dilakukan oleh orang-orang yang mengkhususkan diri
menggunakan perlengkapan/peralatan teknologi (mesin cetak, radio,
film, etc) untuk menyebarkan isi simbolis kepada khalayak yang
luas, heterogen dan tersebar luas.

Proses komunikasi massa dapat diringkas sebagai berikut:

1. Distribusi dan penerimaan Informasi dalam skala luas
2. Arus informasi satu arah
3. Hubungan yang asimetris
4. Tidak mengenai seseorang (umum) dan tidak diketahui subyek manusianya
5. Dapat dihitung atau hubungan pasar
6. Isi yang di standarisasikan

MODEL KOMUNIKASI


Definisi asli dari komunikasi massa sebagai sebuah proses tergantung
pada sisi objektif dari produksi massal, reproduksi dan distribusi
yang terbagi-bagi pada beberapa media yang berbeda. Dapat dibedakan
empat model proses komunikasi publik, diluar pertanyaan tentang
bagaimana ‘media baru’ seharusnya di konsepsikan, yaitu :


1. Model Transmisi

Hasil penelitian Westley & MacLean adalah bahwa Komunikasi melibatkan
interpolasi/Pengalihan pola pikir dari ‘Peran Komunikator’ yang baru
antara masyarakat dan penerima pesan (audiens). Ada 3 fitur penting
dari model komplit komunikasi massa yang digambarkan oleh Westley &
MacLean yaitu:

1. Menekankan pada peran memilih dari komunikator massa.
2. Bahwa pemilihan didasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi oleh
   pemirsa.
3. Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, diluar tujuan akhirnya.

Menurut model ini, komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri
yang diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya
dapat diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut
atas apa yang ditawarkan oleh media.

2. Model Ritual atau Ekspresif

Disebut ritual, karena, menurut Carey, komunikasi terkait dengan
keinginan berbagi, partisipasi, asosiasi, persahabatn dan keyakinan
umum. Pandangan ritual tidak diarahkan kepada perluasan pesan dalam
ruang, tapi pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan
penanaman informasi namun gambaran dalam berbagi keyakinan.

Disebut model komunikasi ekspresif karena penekanannya adalah juga
kepada kepuasan hakiki/intrinsik dari pengirim atau penerima pesan.
Pesan dalam komunikasi ritual biasanya laten dan ambigus, tergantung
pada pengertian/asosiasi dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas
kemauan sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun
langsung terjadi dalam kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit
 untuk dipisahkan, dan komunikasi ritual ini relative tidak mengenal
waktu dan perubahan. Contohnya dapat ditemukan dalam seni, agama dan
perayaan-perayaan atau festival publik.


3. Model Publisitas :

Komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi
Sering kali tujuan utama dari media massa bukanlah untuk mengirimkan
informasi ataupun untuk menyatukan ekpresi publik dalam hal budaya,
kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya
untuk menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran.

Dalam melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi,
yaitu memperoleh keuntungan dari audiensnya (atensi sama dengan
konsumsi) dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada
para pemasang iklan.

Dalam model ini, pemirsa media hanyalah sebagai penonton belaka,
bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau penerima
informasi. Sehingga hanya menjadi obyek pasar media.

4. Model Resepsi:

Kode dan Penerimaan Kode dalam Media. Esensi dari Pendekatan resepsi
adalah untuk menemukan asal dan konstruksi dari arti pesan (diambil
dari media) bersama dengan penerima pesannya.

Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti dan
di interpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya.

Unsur dari pendekatan resepsi ini ada dua menurut
Hall (1974/1980), yaitu:

1. Komunikator memilih untuk mengkodekan pesan-pesan untuk tujuan-tujuan
institusional dan idelogi dan untuk memanipulasi bahasa dan media
untuk tujuan tersebut.

2. Penerima pesan atau dekoder, tidak memiliki keharusan untuk menerima
pesan sebagaimana yang terkirim, namun bisa menolak pengaruh ideologis
dengan mengambil media yang berbeda atau menjadi pembaca/pemirsa
oposisi, menurut pengalaman dan analisa mereka sendiri.

Prinsip kunci dari model ini adalah :

1. Keberagaman arti dari isi pesan dalam media
2. Keberadaan dari komunitas intepretatif atas pesan-pesan dalam media,
   yang bervariasi
3. Penerima pesan memiliki kekuasaan/keutamaan dalam menentukan arti pesan

KESIMPULAN
Konsep dasar dan model komunikasi yang dijabarkan dalam studi komunikasi
massa, dibangun dengan indikator-indikatornya serta disesuaikan dengan
kondisi perubahan pada industry dimasyarakat. Media telah mengembangkan
dirinya ke dimensi yang global. Dengan keyakinan akan kekuatan publisitas,
kehumasan, propaganda atau lainnya yang memiliki kekuatan ekonomi atau politik.

Dalam menggunakan model komunikasi massa, harus mempertimbangkan tujuan.
Tidak bias menggunakan 1 model dan mengabaikan yang lainnya. Karena
ke 4 model tersebut merefleksikan salah satu aspek dari proses komunikasi.

Model transmisi dan atensi, lebih mengarah pada perspektif industri
media dan para pembujuk, sedangkan model ritual dan dekoding, menyebarkan
sekaligus bertahan terhadapa dominasi media dan menerangkan proses
komunikasi.
_________________________________________________________________________
Cat :

MASSA SEBAGAI AUDIENS Dan INSTITUSI MEDIA MASSA


MASSA SEBAGAI AUDIENS

Massa sebagai audiens memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Jumlah yang sangat besar
2. Tersebar luas
3. Tidak berinteraksi satu sama lain dan tidak saling mengenal
4. Heterogen/beraneka ragam
5. Tidak terorganisasi atau bergerak sendiri-sendiri
6. Obyek dari pengelolaan dan manipulasi

INSTITUSI MEDIA MASSA

Ciri-ciri dari institusi media adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan isi simbolis
   informasi.
2. Media beroperasi pada wilayah public dan mereka diberikan aturan
   sedemikian rupa.
3. Partisipasi/keikutsertaan sebagai pengirim atau penerima informasi
   adalah sukarela, tanpa paksaan.
4. Organisasinya professional dan memiliki bentuk birokratik.
5. Media adalah kedua-duanya, bebas dan tanpa kekuatan

KONSEP KOMUNIKASI MASSA






Bab ini menaruh perhatian pada menjelaskan konsep dasar dari studi
komunikasi massa dan menjelaskan sumber asal dari proses hubungan
antara media massa dan masyarakat yang telah berkembang lebih dari
abad sebelumnya.

Tiga (3) kumpulan ide adalah sangat khusus dan penting dari
pemikiran dahulu,:

1. Persoalan mengenai Kekuatan dari arti baru dari Komunikasi.
2. Persoalan mengenai Integrasi dan disintegrasi sosial yang mungkin
   terjadi.
3. Persoalan mengenai Pencerahan Publik, yang mana mungkin menjadi
   berkembang atau di kurangi.

PANDANGAN SEBELUMNYA TENTANG MEDIA DAN MASYARAKAT

Kekuatan Media Massa

Berkaitan dengan Kekuatan dari Media massa, keyakinan tentang ini
pada awalnya adalah berdasarkan capaian besar dan pengaruh kemunculan
mereka, khususnya pada hubungan terhadap pers surat kabar yang popular.

Pers yang populer sebagian besar di danai oleh iklan-iklan komersial,
yang isinya menggambarkan cerita-cerita dan berita-berita sensasional,
dan kontrolnya biasanya hanya terkonsentrasi di tangan penguasa pers
yang sangat berkuasa.

Penggunaan berita dan media hiburan oleh Tentara Sekutu pada perang
dunia kedua menghilangkan keraguan tentang nilai propaganda mereka. S
ebelumnya telah ada pegangan dan dasar yang benar-benar kuat tentang
pandangan bahwa publikasi massa sangat efektif dalam menajamkan opini
dan mempengaruhi perilaku. Publikasi massa juga dapat berpengaruh pada
hubungan internasional dan persekutuan negara-negara.

* Integrasi sosial dan Komunikasi

Teori sosial tentang waktu, menempatkan kebutuhan atas bentuk baru
dari integrasi pada permukaan masalah yang disebabkan oleh
industrialisasi dan urbanisasi. Kejahatan, prostitusi, kemiskinan
dan penindasan/penjajahan, dihubungkan dengan meningkatnya keadaan
tanpa bentuk, pengasingan/keterpencilan, dan ketidakpastian
kehidupan modern.

Media massa adalah kekuatan potensial untuk kepaduan/keseragaman
sosial yang baru, mampu menghubungkan individu yang tersebar
dalam bangsa-bangsa, kota dan pengalaman setempat/budaya-budaya lokal.

Komunikasi Massa sebagai Pendidik Massa

Semangat pada awal abad 20 mendukung 3 ide tentang komunikasi
massa, yaitu bahwa media :

1. Dapat menjadi potensi kekuatan untuk Pencerahan Publik
2. Menambahkan dan meneruskan institusi baru dari pendidikan
   universal/bersama
3. Perpustakaan publik dan pendidikan populer.

Lebih banyak ketakutan daripada harapan sekarang ini lebih
disuarakan tentang pencerahan dari peran media massa utama,
ketika mereka makin kuat dalam mencari keuntungan dalam tingkat
kompetisi pasar yang tinggi, dimana hiburan memiliki nilai pasar
yang lebih tinggi dibandingkan pendidikan dan seni.

* Media Sebagai Masalah dan Kambing Hitam

Ada beberapa kejadian yang berturut-turut tentang kepanikan moral
berkaitan dengan media, ketika muncul masalah-masalah sosial yang
sulit di pecahkan dan sulit dipahami.

Menjadi paradoks atau tidak, sudah menjadi biasa bahwa media
sendirilah yang telah memperjelas banyak dari pandangan kekhawatiran
ini. Mungkin karena hal-hal tersebut menegaskan kekuatan media,
tapi lebih mungkin karena hal-hal tersebut sudah menjadi kepercayaan
yang populer dan membantu dalam menjual dan memasarkan surat kabar.

KONSEP MASSA

Pada awalnya penggunaan istilah ini biasanya membawa pemahaman
yang negative. Istilah ini dihubungkan dengan banyak orang atau
orang-orang biasa, biasanya di lihat sebagai tidak terdidik, bebal
dan sangat tidak logis, tidak mau diatur dan malah cenderung ke
arah kekerasan (seperti ketika massa berubah menjadi gerombolan
perusuh) (Bramson, 1961).

Tapi istilah ini bisa juga digunakan untuk pengertian yang positif,
khususnya dalam tradisi masyarakat sosialis, dimana istilah
mengkonotasikan kekuatan dan solidaritas dari orang-orang pekerja
biasa pada saat diorganisasikan untuk tujuan bersama atau ketika
sedang dalam keadaan mengalami penindasan. Raymond Williams (1961:289)
memberikan komentar tentang ini: Tidak ada yang namanya Massa,
hanya beberapa cara dalam melihat orang-orang sebagai massa.

* Konsep Massa dapat diringkas seperti dibawah ini:

1. Kumpulan yang besar
2. Tidak ada perbedaan
3. Terutama sangat bercitra negatif
4. Ketiadaan aturan organisasi
5. Refleksi dari masyarakat kebanyakan
_____________________________________________________________
Cat :

BUDAYA MASSA DAN BUDAYA POPULER


Konten berita khas yang disalurkan melalui jaringan yang baru
diciptakan terhadap formasi sosial yang baru (massa audiens)
adalah pada awalnya merupakan bermacam-macam campuran cerita,
gambar-gambar atau image, informasi, ide-ide, hiburan dan
tontonan. Walaupun begitu, konsep pertama dari ‘Kultur massa’
umumnya digunakan untuk menunjukkan hal-hal tersebut (Lihat
Rosenberg and White,1957).

Kultur Massa, memiliki referensi yang luas tentang selera,
preferensi/pilihan, sikap/tingkah laku dan gaya/mode dari
kumpulan orang banyak (atau mayoritas). Tapi Kultur Massa
juga memiliki konotasi merendahkan secara umum, utamanya
dikarenakan oleh perkumpulan-perkumpulannya dengan yang
pilihan kulturalnya diasumsikan ‘tidak terdidik’, tanpa
diskriminasi atau hanya audiens kelas rendahan.

SUATU TAMPILAN MASYARAKAT YANG BAIK

“Paradigma dominan” (atau makna struktur yang dominan)
mengkombinasikan gambaran kekuatan media massa dalam suatu
komutas massa dengan tipikal praktek ilmu social melalui
penelitian, khususnya survey social, percobaan terhadap
psikologi social dan anailisis statistic.

Paradigma itu terkait baik dengan hasil dari serta arahan
terhadap penelitian komunikasi. Hal ini merupakan perkiraan
awal dari suatu jenis masyarakat tertentu yang baik secara
fungsional dan normal serta akan menjadi demokratis (pemilihan,
perwakilan, dan bersandar pada asa universal), liberal (sekuler,
keadaan pasar bebas, individualistis, kebebasan berbicara),
pluralistic (persaingan yang terlembaga antara partai dan
kepentingan) dan ketertiban (kedamaian, integrasi social,
keterbukaan, legitimasi).

KEMURNIAN DALAM ILMU DAN FUNGSIONALISASI INFORMASI

Unsur teoritis dari pradigma yang dominan tidak mencampuri kasus
dalam media massa tetapi mengambil alih secara luas dari sosiologi,
psikologi social dan pendapat yang dapat digunakan dalam ilmu
informasi. Hal ini terjadi terutama pada dekade pasca Perang Dunia
kedua ketika adanya keseragaman yang luas dan tidak mengandung
tantangan baik dalam hal ilmu social maupun mass media
(Tunstall, 1977).

Model komunitas yang digambarkan diatas terjadi juga pada
pertengahan abad pada saat nama Amerika Serikat berada dalam
kondisi ideal.

Ciri-ciri dari Kultur Massa:

1. Tidak tradisional
2. Bukan kalangan elit
3. Hasil dari orang banyak (massa)
4. Populer
5. Komersil
6. Dibuat Homogen

Pandangan Lain tentang Kultur Massa

Perkembangan dari kultur massa semakin terbuka untuk menghasilkan
lebih dari satu interpretasi. Bauman (1972) mengangkat isu bahwa
komunikasi massa yang disebabkan oleh kultur massa, beragumentasi
bahwa komunikasi massa dan kultur massa lebih dari sekedar alat
untuk membentuk sesuatu yang telah terjadi disetiap kasus sebagai
hasil dari peningkatan kultural homogen dari kumpulan masyarakat
secara nasional.

Dapat kita ingat bahwa budaya populer telah mengalami revisi nilai
secara luas oleh teori-teori sosial dan budaya serta pemutarbalikan
masalah yang sangat besar. Hal ini tidak lagi dipandang sebagai
ketidakorisinalitasan, kreatifitas atau manfaat dan sering
dirayakan karena arti dan maksudnya, signifikansi kebudayaan dan
nilai-nilai expresif.

Penilaian/Pengukuran Ulang Konsep Massa

Yang mungkin menjadi jelas saat ini adalah bahwa Media Massa banyak
berperan dalam memberikan solusi dalam permasalahan tersebut.
Dimanapun kita berada, siapapun kita, Media Massa menawarkan
jalan keluar menghadapi kelompok masyarakat skala besar, membentuk
kita menjadi kepekaan akan bahaya, serta memediasi hubungan kita
dengan tekanan-tekanan pihak yang lebih berkuasa.

KEBANGKITAN PARADIGMA DOMINAN UNTUK TEORI DAN PENELITIAN

Media dan masyarakat dan subkonsep dari ‘Massa, yang telah
dideskripsikan membantu membentuk model riset paradigma
Komunikasi Massa yang dijelaskan sebagai ‘dominan’.

Paradigma Dominan merupakan kombinasi dari gambaran kekuatan
media massa dalam masyarakatnya dengan ciri cirri dasar berasal
dari penelitian ilmu sosial, survey sosial, eksperimen psikologi
sosial, dan analisa statistikal.

Riset komunikasi pada masa sebelumnya, sangat dipengaruhi oleh ide/
gagasan bahwa liberal, pluralis dan masyarakat yang adil telah
terancam oleh pemikiran/sistem alternatif, yaitu bentuk
totalitarian (komunisme), dimana media massa didistorsi menjadi
alat untuk menekan demokrasi.

Dapat disimpulkan bahwa Paradigma Dominan dalam penelitian
komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat ideal Liberal-Pluralis
2. Pandangan Fungsionalis
3. Penyebaran linear model pengaruh
4. Media yang kuat dimodifikasi oleh hubungan kelompok
5. Media dilihat sebagai masalah sosial
6. Metode behavioris dan individualis

Sebuah Alternatif, Kritik Paradigma

Paradigma alternative dapat disimpulkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Pandangan kritis masyarakat dan penolakan nilai netralitas
2. Penolakan atas model transmisi dari komunikasi
3. Ketidakpastian pandangan terhadap teknologi media dan berita/pesan
4. Penggunaan atas sebuah interpretasi dan pandangan konstruksionis
5. Metodologi kualitatif
6. Preferensi cultural atau teori-teori ekonomi politik
7. Kesadaran luas dengan ketidaksamaan dan sumber-sumber pemikiran
   oposisi dalam masyarakat

* Perbandingan Paradigma

Dua versi Utama paradigma dalam bab ini adalah Alternatif dan
Dominan Paradigma yang masing-masing membawa dua unsur yang berbeda,
yaitu Paradigma Alternatif membawa unsur Kritis dan Paradigma Dominan
membawa unsur Interpretatif atau kualitatif.

Perbandingannya menurut 2 orang tokoh adalah sbb:

a. Rosengen (1983):

1. Membedakan Pendekatan objektifitas dengan pendekatan Subjektifitas
2. Mempertentangkan antara Perubahan Radikal dengan Regulasi

b. Potter (1993) yang di sepakati oleh Fink & Ganz (1996):

1. Bagian ilmu sosial yang interpretative dan analisis kritis.
_________________________________________________________________
Cat :

Minggu, 27 September 2015

Indoktrinasi

* Pemahaman Umum

Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan
satu sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir,
perilaku dan kepercayaan tertentu. Praktik ini seringkali dibedakan
dari pendidikan karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi
diharapkan untuk tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji
doktrin yang telah mereka pelajari. Instruksi berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan, khususnya, tak dapat disebut indoktrinasi
karena prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan menuntut evaluasi diri
yang kritis dan sikap bertanya yang skeptis terhadap pikiran sendiri.



Definisi

Indoktrinasi merujuk kepada serangkaian kegiatan yang berbeda-beda,
sehingga upaya mencari definisi yang tunggal menjadi sulit. Di bidang
psikologi, sosiologi, dan penelitian pendidikan, istilah-istilah yang
lebih tepat seringkali lebih dipilih, termasuk (namun tak terbatas pada):
sosialisasi, propaganda, manipulasi, dan cuci otak.

Dalam pendidikan, pembedaan antara "indoktrinasi" (istilah yang tidak
disukai) dengan "pengajaran nilai-nilai" (yang dapat diterima)
khususnya menjadi sulit.
Indoktrinasi

Indoktrinasi agama merujuk kepada ritual peralihan yang tradisional
untuk mengindoktrinasi seseorang ke dalam suatu agama tertentu dan
komunitasnya.

Kebanyakan kelompok agama mengajarkan anggota-anggotanya yang baru
tentang prinsip-prinsip agama tersebut. Hal ini biasanya tidak disebut
sebagai indoktrinasi karena konotasi negatif kata tersebut.

Agama misteri membutuhkan suatu masa indoktrinasi sebelum seseorang
dapat memperoleh akses kepada pengetahuan esoterik.

Indoktrinasi militer

Persiapan psikologis awal untuk para prajurit pada masa pendidikannya
disebut sebagai indoktrinasi, namun bukan dalam pengertian yang
merendahkan. Lihat Pendidikan untuk rekrut

Keamanan informasi

Di bidang keamanan informasi, indoktrinasi adalah brifing dan
instruksi awal yang diberikan sebelum seseorang diberikan akses
kepada informasi rahasia.
Kritik

Noam Chomsky menyatakan, "Bagi mereka yang gigih mencari kemerdekaan,
tak ada tuugas yang lebih mendesak daripada memahami mekanisme dan
 praktik-praktik indoktrinasi. Semuanya ini mudah ditemukan dalam
masyarakat-masyarakat totaliter, namun lebih sulit dalam sistem
'cuci otak di dalam kebebasan' yang menguasai kita semua dan yang
seringkali kita layani sebagai alat-alat yang suka rela atau yang
tidak menyadarinya."

Robert Jay Lifton berpendapat bahwa tujuan dari frasa atau slogan-
slogan seperti "darah untuk minyak," atau "sikat dan lari," tidak
dimaksudkan untuk melanjutkan percakapan yang reflektif, melainkan
menggantikannya dengan frasa-frasa yang menggugah emosi. Teknik ini
diisebut klise pembunuh pikiran.


____________________________________________________________
Cat :

Opini Publik

* Pemahaman Umum

Opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesa dari
pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak
yang memiliki kaitan kepentingan. Agregat dari sikap dan kepercayaan
ini biasanya dianut oleh populasi orang dewasa.

Dalam menentukan opini publik, yang dihitung bukanlah jumlah
mayoritasnya (numerical majority) namun mayoritas yang efektif
(effective majority).[butuh rujukan] Subyek opini publik adalah
masalah baru yang kontroversial dimana unsur-unsur opini publik
adalah: pernyataan yang kontroversial, mengenai suatu hal yang
bertentangan, dan reaksi pertama/gagasan baru.[butuh rujukan]

Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi
menjadi 4 kategori:

1. pengukuran kuantitatif terhadap distribusi opini
2. penelitian terhadap hubungan internal antara opini individu
   yang membentuk opini publik pada suatu permasalahan
3. deskripsi tentang atau analisis terhadap peran publik dari
   opini publik
4. kajian baik terhadap media komunikasi yang memunculkan
   gagasan yang menjadi dasar opini maupun terhadap penggunaan
   media oleh pelaku propaganda dan manipulasi.

Menurut Dan Nimmo, opini personal terdiri atas kegiatan verbal
dan non verbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual
tentang objek tertentu, biasanya dalam bentuk isu yang
diperdebatkan orang.

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif.
Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata
yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan
kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan
(konotatif).

Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh,
raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan
oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui
referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.

Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan, keterbukaan
dalam mengungkapkan ide-ide, pendapat, keinginan, keluhan, kritik
yang membangun, dan kebebasan di dalam penulisan.

Dengan kata lain, opini publik itu merupakan efek dari kebebasan
 dalam mengungkapkan ide-ide dan pendapat.


Cara Mengetahui Adanya Opini Publik

Tahun 1965 sewaktu pembrontakan GESTAPU/PKI ada pertentangan
antara PKI dan pendukung Pancasila yang kemudian menjadi Orde
Baru. Pertentangan terjadi setelah mendengar bahwa ada pembunuhan
terhadap para Jendral oleh PKI.

Pembrontakan PKI (GESTAPU/PKI) berlangsung dimana-mana, akan
tetapi langsung dapat ditumpas. Hal tersebut juga kita dengar
dari surat kabar, radio, televisi dan film, rapat-rapat, pidato-
pidato, di forum ceramah dan dimana saja. Gejala tersebut
disebut public opinion atau opini publik.[4]

Untuk memahami opini seseorang dan publik tidaklah mudah.
Menurut R.P. Abelson, hal ini berkaitan dengan:

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
2. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)
   Persepsi. Suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
   hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi serta
   menafsirkan pesan dan persepsi merupakan pemberian makna pada
   stimuli inderawi.
____________________________________________________________________
Cat :

Agitprop (Agitasi Propaganda)

* Pemahaman Umum

Agitprop (Rusia: ????????) adalah akronim dari "agitasi dan propaganda".
Istilah ini berasal dari Bolshevist Rusia (kemudian bernama Uni Soviet),
di mana istilah adalah bentuk singkat dari ????? ???????? ? ??????????
(otdel agitatsii i propagandy), yakni, Departemen Agitasi dan Propaganda
yang merupakan bagian dari pusat atau daerah komite dari Partai Komunis
Uni Soviet. Departemen ini dikemudian hari berubah nama menjadi
Departemen Ideologi.

* Istilah

Istilah Agitprop (agitasi dan propaganda} dalam bahasa Rusia sebenarnya
tidak mengandung konotasi negatif apapun pada saat itu. Penjelasannya
hanya berarti "penyebaran ide-ide". Dalam hal agitprop, bahwa ide-ide
untuk dilakukan sosialisasi adalah mereka dari komunisme, termasuk
penjelasan dari kebijakan dari Partai Komunis dan negara Uni Soviet.

Dalam konteks lain, propaganda dapat berarti penyebaran segala bentuk
pengetahuan bermanfaat, misalnya, metode baru dalam pertanian.
"Agitation" dimaksudkan urging orang untuk melakukan apa yang
diharapkan Soviet pemimpin mereka untuk melakukannya di berbagai
tingkatan.

Dengan kata lain, propaganda adalah phase pemasukan ide-ide kedalam
masyarakat sedangkan pada agitasi adalah berupaya mengajak masyarakat
agar bertindak secara emosional, dengan demikian maka propaganda atau
agitasi adalah satu-kesatuan upaya untuk pencapaian tujuan ke arah
yang diinginkan dari pelaku propaganda dan agitasi.

Dalam dunia demokrasi, agitprop memiliki konotasi negatif. Di Inggris
selama tahun 1980-an, misalnya, para pelaku politisi sayap kiri kerap
menggunakan yaitu agitprop dengan menyampaikan sebuah pesan melalui
program televisi/media massa atau teater.

Istilah "agitprop" memberikan inspirasi agitprop teater, yang sangat
kiri ini berasal dari teater di Eropa pada tahun 1920-1930 dan
kemudian ikut menyebar sampai ke Indonesia, dengan memainkan sandiwara
Bertold Brecht menjadi contoh terkemuka, Secara bertahap istilah
"agitprop" lalu lebih menjelaskan pada bentuk gerakan politik kelompok.

Setelah revolusi Bolshevik, sebuah Agitprop (agitasi dan propaganda}
kereta tur berkeliling negara, dengan seniman dan pelaku seni melakukan
permainan sandiwara sederhana atau memutar siaran propaganda.

Memiliki mesin cetak stensil di kereta untuk membuat poster atau pamplet
yang secara berulang kemudian disebarkan melalui jendela pada waktu
itu bila melewati desa-desa.

sejalan dengan kemajuan teknologi pada saat sekarang Agitprop
(agitasi dan propaganda} lebih dilakukan pada lembaga2 media massa
yang beraliran.
____________________________________________________________________
Cat :

Filsafat Komunikasi

* Pemahaman Umum

Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman
secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis,
dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi
berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan,
fungsi, teknik, dan metode komunikasi.

* Bidang komunikasi:
Bidang ini meliputi komunikasi sosial, komunikasi organiasi,
komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi internasional,
komunikasi antarbudaya, komunikasi pembangunan, dan komunikasi
tradisional

* Sifat komunikasi:
Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal

* Tatanan komunikasi:
komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi media

* Tujuan komunikasi:
mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, mengubah
masyarakat, dan lain-lain

* Fungsi komunikasi:
mendidik, menginformasikan, menghibur, dan memengaruhi
   
* Teknik komunikasi:
komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi pervasif,
komunikasi koersif, komunikasi instruktif, dan hubungan manusiawi

* Metode komunikasi:
jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang
urat syaraf, perpustakaan, dan sebagainya
________________________________________________________________
Cat :

Psikologi Komunikasi





* Pemahaman Umum

Komunikasi dan Psikologi adalah bidang yang saling berkaitan
satu sama lain, terlebih sama-sama melibatkan manusia.

Komunikasi adalah kegiatan bertukar informasi yang dilakukan
oleh manusia untuk mengubah pendapat atau perilaku manusia lainnya.
Sementara, perilaku manusia merupakan objek bagi ilmu psikologi.
Sehingga, terbentuklah teori psikologi komunikasi.

Komunikasi merupakan sebuah peristiwa sosial yang terjadi ketika
seorang manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Secara
psikologis, peristiwa sosial akan membawa kita kepada psikologi
sosial.

Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi
komunikasi. Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan
kepribadian manusia.

Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian.
Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman
kesadaran manusia.

Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh
para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut
Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi.

Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi
bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi
dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi
dan psikologi.

* Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan
komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator)
transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other
individuals (the audience). D

ance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme
sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”

Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang
   lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
3. Pesan yang disampaikan
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain
   melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.
5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona
   yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan
   peribahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.

Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam
proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan
karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal
maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya.

Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya :
Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam
memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu :
bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang
menimbulkan respon pada individu lainnya.

Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur,
atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai
proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui
pendekatan psikologis.
__________________________________________________________________
Cat :

Komunikasi Politik


* Pemahaman Umum

Komunikasi Politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini,
sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang
baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi
antara "yang memerintah" dan "yang diperintah".

Menurut Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah
satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.

* Empat Distorsi

Mochtar Pabotinggi (1993): dalam praktek proses komunikasi politik
sering mengalami empat distorsi.

1. Distorsi bahasa sebagai "topeng"; ada euphemism (penghalusan kata);
bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda
dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti diungkapkan Ben Anderson
(1966), "bahasa topeng".

2. Distorsi bahasa sebagai "proyek lupa"; lupa sebagai sesuatu yang
dimanipulasikan; lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya
atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.

3. Distorsi bahasa sebagai "representasi"; terjadi bila kita melukiskan
sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh, gambaran buruk kaum Muslimin
dan orang-orang Arab oleh media Barat.

4. Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang
cenderung menyebarkan distoris ideologi. Pertama, perspektif yang
mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang—
monopoli politik kelompok tertentu.

Kedua, perspektif yang semata-mata menekankan tujuan tertinggi suatu
sistem politik. Mereka yang menganut perspektif ini hanya menitikberatkan
pada tujuan tertinggi sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa
yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.

* Model Komunikasi Politik

1. Model Aristoteles

Model aristoteles merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi.
Aristoteles yang hidup pada saat komunikasi retorika sangat berkembang di
Yunani. Perkembangan keterampilan orang membuat pidato pembelaan di
muka pengadilan dan rapat- rapat umum yang dihadiri oleh rakyat.

Sehingga, Model ini lebih berorientasi pada pidato, terutama pidato
untuk mempengaruhi orang lain, sehingga model ini juga bisa disebut
sebagai model retorikal/ model retoris, yang kini dikenal sebagai
komunikasi publik.

Model komunikasi ini, mempunyai 3 bagian dasar dari komunikasi yaitu,
pembicara (speaker), pesan (message) dan pendengar (listener). Proses
komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak
dengan tujuan mengubah prilaku mereka. Menurut Aritoteles, inti dari
komunikasi adalah persuasi dan pengaruh dapat dicapai oleh seseorang
yang dipercaya oleh publik.

Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-
kepercayaan anda), argumen anda (logos- logika dalam pendapat anda),
 dan dengan memainkan emosi khalayak (pathos- emosi khalayak). Dengan
kata lain, faktor- faktor yang menentukan efek persuasif suatu pidato
meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya. Aristoteles
juga menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui
khalayak ketika meraka diarahkan oleh pidato itu ke dalam suatu keadaan
emosi. (Deddy , Mulyana. 2002 : 135)

Kelemahan dari model ini yang pertama adalah komunikasi dianggap sebagai
fenomena yang statis, terfokus pada komunikasi yang bertujuan atau
disengaja terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima
pendapatnya.

Kemudian model ini tidak memperhitungkan komunikasi non-verbal dalam
mempengaruhi orang lain. Walaupun demikian, model ini menginspirasi
para ilmuwan untuk mengembangkan model komunikasi modern. Contohnya
di Indonesia ketika tim sukses dari pasangan capres dan cawapres
mengkampanyekan calon serta visi dan misinya sebagai pemimpin kepada
rakyat. Semua itu merupakan bentuk retorika dalam dunia politik.

2. Model Harold Lasswell

Model komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yaitu :

    Who (siapa)
    Say what (mengatakan apa)
    In which channels (melalui saluran apa)
    To whom (kepada siapa)
    With what effect (dengan akibat apa)

Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu : pertama,
pengawasan lingkungan. Kedua, korelasi berbagai bagian terpisah
dalam masyarakat yang merespon lingkungan. Ketiga, transimi
warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Lasswell berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok spesialis yang
bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Misalnya pemimpin
politik dan diplomat termasuk kedalam kelompok pengawas lingkungan.
Lasswell memandang bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai
efek atau pengaruh. Sehingga, model Lasswell ini menstimuli riset
komunikasi di bidang komunikasi politik. Model ini menunjukkan bahwa
pihak komunikator pasti mempunyai keinginan untuk mempengaruhi pihak
penerima.

Oleh karena itu, komunikasi dipandang sebagai upaya persuasi. Upaya
penyampaian pesan akan menghasilkan akibat baik positif maupun
negatif. Menurut Lasswell hal ini hanya ditentukan oleh bentuk dan
cara penyampaiannya. Tidak semua komunikasi bersifat dua arah,
dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antar
pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat banyak informasi yang
disaring oleh pengendali pesan, yang menerima informasi dan
menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau
penyimpangan. Fungsi penting komunikasi adalah menyediakan
informasi mengenai negara- negara kuat lainnya di dunia.

Penting bagi suatu masyarakat untuk menemukan dan mengendalikan
faktor- faktor yang mengganggu komunikasi yang efisien. Kelemahan
dari model Lasswell ini adalah tidak menggambarkan unsur feedback
atau umpan balik sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat
linier atau searah.

3. Model Gudykunst dan Kim

Model ini sebenarnya merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni
komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan,
atau komunikasi dengan orang asing.

Meskipun model ini juga tetap berlaku pada setiap orang, karena
pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai latar budaya,
sosiobudaya, dan psikobudaya yang persis sama.

Asumsi dari model ini adalah dua orang sejajar dalam berkomunikasi
masing-masing dari mereka berperan sebagai pengirim sekaligus
sebagai penerima atau keduanya sebagai penyandian (encoding) dan
penyandian balik (decoding).

Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang
merupakan umpan balik untuk yang lainnya. Faktor- faktor tersebut
adalah filter yang membatasi prediksi yang kita buat mengenai
bagaimana orang lain mungkin menanggapi perilaku komunikasi kita,
sehingga mempengaruhi cara kita menyandi pesan. Filter ini
membatasi rangsangan apa yang kia perhatikan dan bagaimana kita
menafsirkan rangsangan tersebut.

Faktor budaya menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya, agama,
bahasa, individualitas, kolektivitas, yang mempengaruhi nilai dan
norma dalam berkomunikasi. Pengaruh sosio budaya menyangkut proses
penataan sosial, yaitu keanggotaan dalam kelompok, konsep diri,
peran, dan definisi kita tentang hubungan antar pribadi. Faktor
psikobudaya menyangkut tentang penataan pribadi seperti stereotip
dan sikap terhadap kelompok orang lain. Lingkungan berpengaruh,
dilihat dari segi lokasi geografis, iklim, situasi, arsitektural,
dan persepsi kita atas lingkungan tersebut. Pengaruh-pengaruh budaya,
sosiobudaya, dan psikobudaya berfungsi sebagai filter konseptual
untuk menyampaikan maupun meyandi balik pesan. Pengaruh budaya dalam
model ini meliputi faktor-faktor yang yang menjelaskan kemiripan
dan perbedaan budaya,

misalnya

pandangan dunia (agama), bahasa, sikap terhadap manusia, dsb.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai, norma, dan aturan dalam
perilaku komunikasi kita.

Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim adalah
lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi balik pesan.
Oleh karena itu, antara dua orang komunikator mungkin mempunyai persepsi
dan orientasi yang berbeda terhadap lingkungan, mereka mungkin
menafsirkan perilaku dengan cara yang berbeda dalam situasi yang sama.

5. Model Interaksional

Model ini memiliki karakter yang kualitatif, nonsistemik, dan
nonlinier. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna
(penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para
peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan
adalah diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna,
penafsiran, dan tindakan. Menurut model interaksi simbolik,
orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif
dan kreatif, dan menampilkan perilaku yang sulit diramalkan.

Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif,
dalam konteks ini Blumer mengemukakan tiga premis yang menjadi
dasar model Interaksional. Pertama,manusia bertindak mengenai
makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya.

Kedua, makna berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang
dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna
diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran
dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif dalam
proses komunikasi. Konsep penting yang digunakan adalah diri,
diri yang lain, symbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Menurut
model interaksional orang mengembangkan potensi manusiawinya
melalui interkasi social, melalui pengambilan peran orang lain
(role- taking). Diri berkembang melalui interaksi dengan orang
lain, kelurga, tahap permainan, hingga lingkungan luas dalam
suatu tahahp yang disebut tahap pertandingan (game stage).

Dimana individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran
orang lain), sehingga konsep diri tumbuh berdasarkan bagaimana
orang lain memandang diri individu tersebut. Model Interaksional
menempatkan diri komunikator dalam posisi sejajar dengan komunitator
lain sehingga terjadi interplay yang demokratis dalam kuadran
komunikasi saling memberi dan menerima. Komunikator biasanya
tidak enggan untuk bertemu banyak orang, mendengar dan membangun
kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan orang atau
kekuatan politik yang pernah berseberangan dengannya.
 
* Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972).
Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada
suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting.

Jadi, apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi
masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang
sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses
belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Media massa memiliki efek yang sangat kuat terutama karena berkaitan
dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar
mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun
berdasarkan tingkat kepentingannya. (Burhan, Bungin, 2008:282).

Menurt McCombs dan Donald Shaw audiens tidak hanya mempelajari
berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi
juga mempelajari arti penting yang diberikan pada suatu isu dari
cara media massa memberikan penekanan pada topic tersebut.

Contohnya media massa terlihat menentukan mana topic yang penting
dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu
kampanye pemilu. Artinya media massa menetapkan “agenda” kampanye
tersebut dan kemampuan untuk mempengaruhi kognitif individu.

Jika calon pemilih telah menganggap penting suatu issu maka mereka
akan memilih kandidat partai yang paling berkompeten dalam menangani
issu tersebut. Dan menurut Funkhouser, media berita diyakini oleh
banyak orang sebagi sumber informasi yang dapat dipercaya, tetapi
media berita tidak mesti demikian.

* Proses Komunikasi Politik
Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya
(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) dengan alur dan komponen:

1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3. Message – Pesan
4. Media – Saluran
5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7. Feed Back – Umpan balik, respon.

* Saluran Komunikasi Politik
1. Komunikasi Massa – komunikasi ‘satu-kepada-banyak’, komunikasi
   melalui media massa.
2. Komunikasi Tatap Muka –dalam rapat umum, konferensi pers, etc.—
   dan Komunikasi Berperantara –ada perantara antara komunikator
   dan khalayak seperti TV.
3. Komunikasi Interpersonal – komunikasi ‘satu-kepada-satu’ –e.g.
  door to door visit, temui publik, etc. atau Komunikasi Berperantara –
  e.g. pasang sambungan langsung ’hotline’ buat publik.
4. Komunikasi Organisasi – gabungan komunikasi ‘satu-kepada-satu’ dan
  ‘satu-kepada-banyak’: Komunikasi Tatap Muka e.g. diskusi tatap muka
  dengan bawahan/staf, etc. dan Komunikasi Berperantara e.g.
  pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, newsletter,
   lokakarya, etc.
_____________________________________________________________________
Cat :



Sabtu, 26 September 2015

Perang Urat Syaraf dan Propaganda






* Pemahaman Umum

Perang urat saraf adalah suatu strategi yang dilakukan oleh suatu
pihak terhadap pihak lain (lawannya), dengan tujuan untuk melemahkan
pertahanan lawan.

Cara yang biasanya dilakukan adalah dengan menyebarkan opini,
pemahaman dan pemikiran atau hal-hal yang dapat mempengaruhi
dan membuat lawan secara tidak sadar mengikuti apa yang
diinginkan oleh si pembuat.

* Dunia Blogger

Dalam dunia blog, terkadang perbedaan antara sebuah tulisan hasil
dari satu pemikiran dengan ‘asal nulis’ itu sangat tipis sekali.
Saya punya banyak teman yang memiliki tulisan dengan pemikiran-
pemikiran yang brilian, artinya tidak asal nulis.

Meski bahasa yang digunakan adalah bahasa pergaulan sehari-hari,
tetapi norma etika tetap dijaga. Memang, pernah ada yang bilang,
kalo justru dunia blog itu adalah media ekspresi pemikiran yang
tajam serta menarik, jadi apabila dibatasi dengan aturan etika,
maka akan tampak seperti media-media yang lain, tidak ada bedanya
seperti majalah atau koran.

Dalam blog, ada tulisan-tulisan yang mengundang timbulnya
polemik yang bernuansa intelektual. Namun ada pula, tulisan-
tulisan yang mengandung sifat agitasi dan propaganda yang
melahirkan perang urat syaraf.

Tulisan yang bernuansa intelektual memang mengajak kepada
pencerahan. Namun tulisan yang bernada agitasi dan propaganda,
tentu jauh dari semangat itu, karena yang dicari bukanlah kebenaran,
tetapi upaya sistematis membentuk publik opini sesuai keinginan
orang yang melakukannya.

Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan:
Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan
yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya.

Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa
kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang dirubah
sedikit saja.

Ada sebuah peristiwa terjadi dan menjadi sebuah fakta. Fakta
itu kemudian ‘diplintir’ sedikit saja dan disebarluaskan dengan
teknik-teknik tertentu, maka dengan serta merta dia akan menjadi
propaganda yang efektif. Sasaran propaganda tentu saja publik
yang awam tentang seluk-beluk suatu masalah.

Kita tidak pernah menyadari, terkadang maksud tulisan seseorang
itu adalah propaganda untuk mengajak pembaca menyetujui opini yang
ditulisnya, baik itu dalam bahasa baku maupun bahasa yang berbentuk
metaforfosa.

Seseorang itu bisa siapa saja, rekan kerja atau bahkan sahabat
kita sendiri, tergantung dari konotasi maksud dan tujuan dari
tulisannya. Siapa saja bisa menjadi ‘agen’ propaganda.

Biasanya ‘misi’ propaganda itu lebih sering berkonotasi negatif,
tetapi bisa juga menjadi sebuah motivasi, bergantung dari cara
kita memandangnya.

* Apa hubungannya antara norma etika dengan propaganda?

Norma-norma etika harus hidup di dalam hati sanubari setiap orang.
Dia harus tumbuh sebagai kesadaran. Sebelum melakukan sesuatu,
setiap kita hendaknya bertanya kepada hati nurani kita masing-masing:
patutkah hal ini saya lakukan? Dasar dari segala norma etika adalah
keadilan.

Adakah adil, kalau saya mengatakan sesuatu atau melakukan seuatu
kepada orang lain? Ini adalah pedoman dalam tindakan. Persoalan
etika, bukan persoalan bisa atau tidak bisa, mampu atau tidak
mampu, dan dapat atau tidak dapat. Persoalan etika ialah persoalan
boleh atau tidak boleh.

Biasanya, orang akan menjadi propagandis apabila ia memiliki 1
tujuan yang tidak dapat ia capai dengan cara-cara biasa, atau
 memang sudah dalam hidupnya ia menjadi ahli dalam hal memutar
balikkan fakta.

Saya tidak mengatakan bahwa seorang pengacara adalah propagandis
ulung, tapi kenyataannya memang begitu. Adelin Lis lolos dari
jeratan hukum karena pengacaranya mampu ‘memutar balikkan’ fakta
sehingga majelis hakim memberikan vonis bebas kepadanya, dan masih
banyak contoh lain.

Dengan propaganda, orang dapat menciptakan ‘surga’, namun dengan
propaganda juga orang dapat menciptakan ‘neraka’ di tengah
sebuah komunitas. Tulisan ini, mungkin dapat dijadikan bahan
pemikiran, untuk membedakan antara diskusi intelektual untuk
mencari pencerahan, dengan agitasi, propaganda dan perang urat
syaraf yang dilakukan untuk membangun citra buruk, memojokkan
dan menjatuhkan demi kepentingan sang agitator dan propagandis.

Saya sungguh ingin menjauhkan diri dari kegiatan yang bernuansa
agitasi, propaganda dan perang urat syaraf.

__________________________________________________________________
Cat : Wikipedia Bebas

Persuasi





 
















Ket :
contoh komunikasi persuasi

* Pemahaman Umum

Persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan orang lain. [1] Melalui persuasi setiap individu mencoba
berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain.

Persuasi pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi dan
berinteraksi antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak
sama-sama memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang penting
bagi kedua belah pihak.

Bila berkomunikasi dengan sesama, setiap individu berharap pesan yang
disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipercayai. Persuasif
merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan agar pesan yang
ingin disampaikan dimengerti dan dipercayai oleh orang lain.

Komunikasi persuasif membiarkan orang lain (persuadee) bebas
melakukan apapun yang mereka inginkan setelah persuader berusaha
meyakinkan mereka. Komunikasi persuasif menekankan keterbukaan,
kepercayaan, dan praktik-praktik manajemen yang demokratis.

* Pentingnya Persuasi

Persuasi merupakan salah satu strategi komunikasi yang penting dalam
berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini komunikasi dapat
membantu setiap individu dalam berhubungan dengan orang lain, serta
dapat mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.

Sebagai contoh calon pemimpin negara dapat meyakinkan dan mempengaruhi
rakyatnya melalui komunikasi persuasif. Juga dengan kepemimpinan
yang persuasif, pemimpin dapat mempertahankan loyalitas kerja para
kayawan.

Kepemimpinan persuasif ditandai dengan adanya ruang bagi partisipasi
 para karyawan. Alasan lain pentingnya persuasi dalam dunia bisnis
sekarang ini adalah adanya tuntutan kerja dalam tim.

Untuk bekerja dalam tim, diperlukan komunikasi persuasif agar dapat
meyakinkan orang lain dengan pendapat-pendapat yang dikemukakan.
Strategi Persuasi

Seorang persuader yang baik harus mejadi pendengar yang baik, harus
mampu mengumpulkan dan memberikan umpan balik, memiliki kemampuan
membaca dan peka dalam memahami situasi orang lain, mampu berpikir
kreatif dan menghasilkan keputusan yang baik, serta memiliki rasa
empati dan selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.

Kemampuan mendengarkan merupakan keterampilan khusus yang sangat
penting bagi setiap orang yang sedang mengalami masalah.
Komponen utama bagi kemampuan mendengarkan yang efektif adalah
menjadi pendengar yang baik, dan untuk menjadi pendengar yang
baik harus memiliki kualitas empati. [5] Empat stragtegi umum
untuk mencapai persuasi yang efektif, yaitu:

* Kredibilitas

Kredibilitas adalah suatu penilaian sejauh mana orang lain percaya
dan yakin terhadap apa yang dilakukan dan diucapkan. Kredibilitas
atau kepercayaan diperoleh dengan cara menunjukan kompetensi,
yakni kemampuan dan pengetahuan. [4] Cara lain untuk memperoleh
kredibilitas adalah dengan menunjukan niat-niat yang dapat
dipercaya.

Selain itu, kredibilitas juga dapat dicapai melalui karisma
pribadi seperti sikap peduli, antusias, dan sikap positif.
Kredbilitas mengalir dari karakter personal seperti keahlian,
sifat yang dapat dipercayai, ketenangan, dan kesan atau penampilan
yang positif.

* Alasan yang Logis

Persuader dapat mempengaruhi orang lain bila dapat menunjukan
alasan-alasan logis. Persuader harus mengumpulkan informasi dan
fakta sebelum melakukan persuasi dengan orang lain. Informasi dan
fakta-fakta tersebut berkaitan dengan tujuan, kebutuhan, dan
kepentingan dari orang yang dipengaruhi.

Suatu persuasi bisa saja gagal jika tidak didukung oleh fakta
yang kuat atau tidak memenuhi harapan pihak yang dipengaruhi.

* Daya Tarik Emosional
Pembujuk atau persuader harus memiliki alasan yang logis dan masuk
akal untuk mempengaruhi orang lain. Alasan-alasan yang rasional
akan lebih efektif jika persuader juga menyentuh emosional atau
perasaan persuadee.

Untuk melengkapi alasan-alasan rasional tersebut persuader harus
berusaha menyalami kecemasan, harapan, cinta, kegembiraan,
ataupun frustasi orang yang dipengaruhi.

* Mengidentifikasi Kesamaan

Para persuader yang efektif mengembangkan suatu kerangka atau
perencanaan dengan menggambarkan posisi pada orang lain dengan
cara mengidentifikasikan kesamaan-kesamaan di antar persuader
dengan persuadee. Beberapa aspek yang dikembangkan persuader:

a. Memberi alasan yang sesuai, yang akan dipertimbangkan oleh
pihak yang dipengaruhi. [1] Dalam hal ini, persuader harus mampu
menjelaskan suatu aspek dengan spesifik.

b. Menyediakan suatu pemikiran yang terbuka bagi alternatif-
alternatif atau gagasan-gagasan untuk dibandingkan dan dikontraskan.

c. Menciptakan komunikasi dengan bahasa dan struktur yang
logis untuk mengambil keputusan.


_______________________________________________________________________
Cat :
Wiikipedia


Retorika



* Pemahaman Umum

Retorika (dari bahasa Yunani: ??t??, rhêtôr, orator, teacher) adalah
sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan
dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya
Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan
judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni
manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional
dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan
pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja
sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka.

Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan
penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika
telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas.

Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang
sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang
termasuk analisis atas teks tertulis dan visual.


* Sejarah

Urain sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse,
sebuah koloni Yunani dipulau Sicilia. Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai
duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai Negara yang kaya.

Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak,
juga terbuka pada gagasan-gagasan baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di
pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis,
serta berbicara yang jelas dan persuasif.

Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika.
Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu.
Ia meminta bayaran yang mahal, sekitar 10 Drachma ( $ 10.000) untuk seorang
murid saja.

Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke
kota yang lain. Mereka adalah "dosen-dosen terbang".

Dalam doktrin retorika Aristoteles  terdapat tiga teknis alat persuasi
politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif
memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan
sebuah kebijakan saat sekarang.

Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada
apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak,
pertanggungjawaban atau ganjaran.

Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau
penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang,
_____________________________________________________________________________
Cat :



Propaganda





 





Ket :
Propaganda kartupos Perancis pada era Perang Dunia I bergambarkan
karikatur dari Kaisar Jerman Wilhelm II sedang menggigit bumi




 








Ket :
Poster Perang Dunia II dari Angkatan Bersenjata Amerika tentang Jepang
yang diasosiasikan sebagai tikus (binatang yang merugikan) mendekati
perangkap yang diberi tanda "Angkatan Laut, Angkatan Darat, Sipil",
sebagai latar belakang peta negara bagian Alaska

Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan
untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang.

Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi
memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang
mendengar atau melihatnya.

Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali
menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-
fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih
menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional.

Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam
kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.

Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk
persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi
langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki
pelaku propaganda.

Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda
memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul,
komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi
yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya.

Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang
yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai
macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi
penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme
alat kontrol sosial.

* Macam-macam definisi propaganda
Definisi propaganda modern

Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk
persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan
reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.

Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell, Propaganda And Persuasion

- Jacques Ellul mendefinikan propaganda sebagai komunikasi yang
“digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan
partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa
yang terdiri atas individu-individu, diersatukan secara psikologis
dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi.”

Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi dan tindakan,
yang tanpa propaganda praktis tidak ada.

Dalam Everyman's encyclopedia, propaganda merupakan suatu seni untuk
menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan
agama atau politik.

Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda
merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang
berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara
menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap
kegiatan kelompok tersebut.

Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler, mengatakan:
"Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang
diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya."

Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan
yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja.

* Tipologi propaganda

Propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah
tindakan dan harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda
dari bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari
propagandis untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan
cara apapun yang pengalihan atau kebingungan.

Propaganda adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan
menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan
representasi bahwa itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode
propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.

* propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:

"propaganda putih" berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi
 secara terbuka.
   
"propaganda hitam" berasal dari sumber yang dianggap ramah akan
tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.

"propaganda abu-abu" berasal dari sumber yang dianggap netral tapi
sebenarnya bermusuhan.

Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis di mana
propaganda menemukan ekstensinya.

propaganda politik yaitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau
golongan untuk pencapaian tujuan strategis dan taktis.
   
propaganda sosiologi yaitu melakukan perembesan budaya kemudian
masuk ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.

* Komponen propaganda
Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang
dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan
tertentu.

Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima
pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan
oleh komunikator.

Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar
mencapai tujuannya dengan efektif.

Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan
situasi dari komunikan.

Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan
tujuan yang hendak dicapai.

Dilakukan secara terus menerus.

Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.

Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/
kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.

Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda
yang bersangkutan.

Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
   
Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk
memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.

* Sejarah

Propaganda kuno

Propaganda sudah ada sejak awal terdokumentasinya sejarah manusia.
Inskrpsi Behistun (515 SM) yang menggambarkan kenaikan Darius I ke
tahta Persia merupakan contoh propaganda awal. Arthashastra yang
ditulis oleh Chanakya (350 - 283 SM), profesor di Universitas
Takshashila, membahas propaganda secara detail, termasuk cara
menyebarkan propaganda dan pemakaiannya dalam peperangan.

Muridnya, Chandragupta Maurya (340 - 293 SM), menggunakan cara-cara
ini untuk mendirikan dan menjadi pemimpin Kekaisaran Maurya. Tulisan
karya penulis Romawi Kuno seperti Livy (59 SM - 17 M) dianggap
propaganda pro-Romawi yang hebat.

Contoh lain adalah The War of the Irish with the Foreigners abad ke-12,
oleh para Dál gCais yang menggambarkan mereka sebagai penguasa s
ejati Irlandia.
Pergeseran makna

Pada abad ke-17 Gereja Katolik Roma mendirikan the congregation de
propaganda (sebuah usaha untuk mempropagandakan kepercayaan tersebut)
namun kalimat ini menjadi berkonotasi negatif (bermakna negatif) saat
diterapkan pada abad ke-20.

Beberapa hal yang dianggap memiliki kedekatan hubungan dengan propaganda
adalah kesalahan informasi seperti inflasi bahasa dan penggelembungan
bahasa yang disebarluaskan.

contoh:
   
1. Perang antara Amerika Serikat vs Irak
2. Perang dingin antara CIA dan Soviet
3. Orde baru: Dwifungsi ABRI, Mayoritas Tunggal, Asas Tunggal,
   Sakralitas Pancasila dan UUD'45

* Sifat
- Tertutup/terselubung.
- Terbuka.
- Pada awal tertutup akan tetapi lambat laun mulai terbuka.

* Jenis

- propaganda agitasi bertujuan agar komunikan bersedia memberikan
  pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan
  jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita.

- propaganda vertikal dengan melalui media massa.
- propaganda horisontal dengan melalui komunikasi interpersonal dan
  komunikasi organisasi dibanding komunikasi massa.
- propaganda integrasi dengan penanaman doktrin.

* Sistem

- Penggunaan simbol-simbol agar komunikan tidak tersadar dengan arah
 dan tujuan dari keinginan komunikator

- Penggunakan fakta sebagai alat pemaksa agar komunikan menerima
  pesan dan melakukan tindakan seperti apa yang diharapkan oleh komunikator

* Metode

- Metode Koersif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa
  ketakutan bagi komunikan agar secara tidak sadar bertindak sesuai
  keinginan komunikator

- Metode Persuasif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa
  kemauan secara sukarela bagi komunikan agar secara tidak sadar
  dengan seketika dapat bertindak sesuai dengan keinginan komunikator
   
- Metode pervasif, sebuah komunikasi dengan cara menyebarluaskan pesan
  serta dilakukan secara terus menerus/berulang-ulang kepada komunikan
  sehingga melakukan imitasi atau menjadi bagian dari yang diinginkan
  oleh komunikator


* Hubungan antara iklan, humas, dan propaganda

Dalam bidang periklanan atau kehumasan untuk tujuan komersial, bisa
jadi sesuatu itu bukan murni propaganda, namun dapat mengandung
elemen propaganda saat pesan bertujuan untuk menyesatkan penerima
pesan dengan menyembunyikan:

- Sumber informasi
- Tujuan informan
- Sisi lain cerita (hanya satu pihak)
- Konsekuensi saat pesan ini diadopsi.

* Etika komunikasi persuasif

Untuk menghindari propaganda, praktisi humas memiliki beberapa etika
komunikasi persuasif yang diperkenalkan oleh Prof. Richard L. Johannesen
dari Northen Illinois University dimana mereka diberikan seperangkat
pemilah untuk membedakan mana yang diperbolehkan dalam pesan membujuk
dan mana yang dilarang dan termasuk propaganda.

* Teknik-teknik propaganda

Pemberian julukan (Name calling) adalah penggunaan julukan untuk
menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya
arti negatif.

Cap PKI pada penduduk desa tertentu. (Berakibat penduduk tersebut
ditangkap karena menganut ideologi yang dilarang pada masa
pemerintahan orde baru)

Glittering Generality (Glittering Generality) adalah penyampaian
pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk
diinginkan oleh banyak orang atau mempunyai dukungan luas.

Jutaan orang mendukung aborsi (perhatikan bahwa jumlah orang dan
lokasi tidak dinyatakan secara spesifik).

Semua dokter gigi menggunakan Oral B (perhatikan bahwa jumlah dan
lokasi tidak dinyatakan secara spesifik).

Teknik transfer adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk,
atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai
kredibilitas baik/ buruk.

Sampoerna Hijau, enaknya rame-rame (baca: rokok diasosiasikan
dengan persahabatan)

Tebang pilih (Card stacking) adalah suatu teknik pemilihan fakta
dan data untuk membangun kasus dimana yang terlihat hanya satu sisi
suatu isu saja, sementara fakta yang lain tidak diperlihatkan.

Penyamarataan yang berkilap (Glittering generalities) adalah teknik
dimana sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal baik
seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi.

Marlboro citarasa Amerika sejati

Manusia biasa (Plain folks) adalah salah satu teknik propaganda yang
menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan
bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.

Cara ini banyak digunakan untuk kampanye untuk memperoleh kekuasaan
politik (kursi presiden, bupati, pemerintah daerah). Biasanya acara
telah dirancang sedemikian rupa saat individu yang dicalonkan lewat,
maka ia akan mencium bayi, bersalaman dengan orang biasa, hingga
memeluk orang papa.

Kesaksian (testimonial) adalah salah satu teknik propaganda yang paling
umum digunakan dimana ditampilkan seseorang yang untuk bersaksi dengan
tujuan mempromosikan produk tertentu, kadang-kadang dalam kesaksiannya
orang yang sama menjelek-jelekkan produk yang lain.
__________________________________________________________________________
Cat :