Minggu, 27 September 2015

Indoktrinasi

* Pemahaman Umum

Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan
satu sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir,
perilaku dan kepercayaan tertentu. Praktik ini seringkali dibedakan
dari pendidikan karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi
diharapkan untuk tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji
doktrin yang telah mereka pelajari. Instruksi berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan, khususnya, tak dapat disebut indoktrinasi
karena prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan menuntut evaluasi diri
yang kritis dan sikap bertanya yang skeptis terhadap pikiran sendiri.



Definisi

Indoktrinasi merujuk kepada serangkaian kegiatan yang berbeda-beda,
sehingga upaya mencari definisi yang tunggal menjadi sulit. Di bidang
psikologi, sosiologi, dan penelitian pendidikan, istilah-istilah yang
lebih tepat seringkali lebih dipilih, termasuk (namun tak terbatas pada):
sosialisasi, propaganda, manipulasi, dan cuci otak.

Dalam pendidikan, pembedaan antara "indoktrinasi" (istilah yang tidak
disukai) dengan "pengajaran nilai-nilai" (yang dapat diterima)
khususnya menjadi sulit.
Indoktrinasi

Indoktrinasi agama merujuk kepada ritual peralihan yang tradisional
untuk mengindoktrinasi seseorang ke dalam suatu agama tertentu dan
komunitasnya.

Kebanyakan kelompok agama mengajarkan anggota-anggotanya yang baru
tentang prinsip-prinsip agama tersebut. Hal ini biasanya tidak disebut
sebagai indoktrinasi karena konotasi negatif kata tersebut.

Agama misteri membutuhkan suatu masa indoktrinasi sebelum seseorang
dapat memperoleh akses kepada pengetahuan esoterik.

Indoktrinasi militer

Persiapan psikologis awal untuk para prajurit pada masa pendidikannya
disebut sebagai indoktrinasi, namun bukan dalam pengertian yang
merendahkan. Lihat Pendidikan untuk rekrut

Keamanan informasi

Di bidang keamanan informasi, indoktrinasi adalah brifing dan
instruksi awal yang diberikan sebelum seseorang diberikan akses
kepada informasi rahasia.
Kritik

Noam Chomsky menyatakan, "Bagi mereka yang gigih mencari kemerdekaan,
tak ada tuugas yang lebih mendesak daripada memahami mekanisme dan
 praktik-praktik indoktrinasi. Semuanya ini mudah ditemukan dalam
masyarakat-masyarakat totaliter, namun lebih sulit dalam sistem
'cuci otak di dalam kebebasan' yang menguasai kita semua dan yang
seringkali kita layani sebagai alat-alat yang suka rela atau yang
tidak menyadarinya."

Robert Jay Lifton berpendapat bahwa tujuan dari frasa atau slogan-
slogan seperti "darah untuk minyak," atau "sikat dan lari," tidak
dimaksudkan untuk melanjutkan percakapan yang reflektif, melainkan
menggantikannya dengan frasa-frasa yang menggugah emosi. Teknik ini
diisebut klise pembunuh pikiran.


____________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar