Jumat, 18 September 2015

Parada Harahap (Tokoh Pers)

Parada Harahap (lahir di Pargarutan, Sipirok, Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara, 15 Desember 1899 – meninggal di Jakarta,
11 Mei 1959 pada umur 59 tahun) adalah seorang jurnalis Indonesia
yang lahir di Pargarutan, Sipirok, Tapanuli Selatan.

Ia dijuluki King of the Java Press karena kemauannya yang keras dan
semangat belajarnya yang tinggi, baik secara otodidak maupun mengikuti
kursus-kursus. Sejak bulan Juli 1914, ia bekerja sebagai leerling
schryver pada Rubber Cultur My Amasterdam di Sungai Karang, Asahan.

Karena kecerdasan dan daya ingatnya yang sangat baik Parada Harahap
kemudian dapat menggantikan juru buku berkebangsaan Jerman. Selama
bekerja di perkebunan itu Parada Harahap terus belajar supaya dapat
berbicara bahasa Belanda membaca surat kabar De Sumatera Post dan
surat kabar berbahasa Melayu seperti Benih Merdeka dan Pewarta Deli
serta mempelajari tulisan-tulisan yang dimuat dalam surat kabar itu.

Pada tahun 1917 dan 1918 Parada Harahap telah menulis dan membongkar
kekejaman Poenale Sanctie dan perlakuan di luar batas perikemanusiaan
terhadap kuli-kuli kontrak yang dilakukan baik oleh tuan kebun
maupun bawahannya.

Karier

Karier jurnalisnya dimulai ketika ia menjadi staf redaksi surat kabar
Benih Merdeka. Kemudian dia kembali ke kampung halamannya dan memimpin
surat kabar Sinar Merdeka (1919) dan memimpin majalah Poestaha.
Surat kabarnya sebagian besar mengkritik kebijakan pemerintahan
kolonial Belanda akibat kesewenang-wenangan mereka selama di Hindia
Belanda.

Selama dua tahun di Padangsidempuan, ia telah 12 kali terkena
delik pers serta berulangkalu keluar masuk penjara.

Pada tahun 1922, ia pindah ke Jakarta menerbitkan mingguan Bintang
Hindia, Bintang Timur dan Sinar Pasundan. Pada saat itu ia mulai
memakai nama samaran Oom Baron Matturepeck yang diambil dari bahasa
Batak (berarti suara dari kertas).

Selain itu, ia adalah satu-satunya orang pertama yang mendirikan
Akademi Wartawan di Jakarta. pada masa pendudukan Jepang, dia
dipercaya menjadi pemimpin redaksi Surat Kabar Sinar Baroe.

Menjelang masa kemerdekaan pada tahun 1945 , ia masuk dalam susunan
anggota BPUPKI yang dibentuk oleh Jepang di Jakarta. Dalam hal ini,
dia adalah satu-satunya anggota BPUPKI yang berasal dari etnis Batak.
Pranala luar

________________________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar