Rabu, 23 September 2015

Surastri Karma Trimurti (Tokoh Pers Wanita)

























* Pemahaman Umum

Surastri Karma Trimurti (lahir 11 Mei 1912 – meninggal 20 Mei 2008
pada umur 96 tahun), yang dikenal sebagai 'S. K. Trimuti ', adalah
wartawan, penulis dan guru Indonesia, yang mengambil bagian dalam
gerakan kemerdekaan Indonesia terhadap penjajahan oleh Belanda.

Dia kemudian menjabat sebagai menteri tenaga kerja pertama di Indonesia
dari tahun 1947 sampai 1948 di bawah Perdana Menteri Indonesia
Amir Sjarifuddin.


* Biografi

1. Awal Kehidupan

SK Trimurti lahir pada tanggal 11 Mei 1912 di Solo, Jawa Tengah.
Dia menghadiri ke Sekolah Guru Putri (SD School Girl).

2. Gerakan Kemerdekaan Indonesia

Dia menjadi aktif dalam gerakan kemerdekaan Indonesia selama tahun 1930,
secara resmi bergabung dengan nasionalis Partindo (Partai Indonesia)
pada tahun 1933, tak lama setelah menyelesaikan sekolahnya di Tweede
Indlandsche School.

Trimurti memulai kariernya sebagai SD guru setelah meninggalkan Tweede
Indlandsche School. Dia mengajar di sekolah-sekolah dasar di Bandung,
Surakarta dan Banyumas pada 1930-an.

Namun, dia ditangkap oleh pemerintah Belanda pada tahun 1936 untuk
mendistribusikan anti-kolonial leaflet s. Trimuti dipenjara selama
sembilan bulan di Penjara Bulu di Semarang.

Trimurti beralih karier dari mengajar ke jurnalisme setelah dia
dibebaskan dari penjara. Dia segera menjadi terkenal di kalangan
jurnalistik dan anti-kolonial sebagai wartawan kritis.

Trimurti sering digunakan berbeda, disingkat nama samaran s dari nama
aslinya, seperti 'Trimurti atau 'Karma, dalam tulisan-tulisannya untuk
menghindari ditangkap lagi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Selama karier laporannya, Trimurti bekerja untuk sejumlah surat kabar
Indonesia termasuk Pesat, Genderang, Bedung dan Pikiran Rakyat. Dia
diterbitkan Pesat bersama suaminya. Dalam era pendudukan Jepang, Pesat
dilarang oleh pemerintah militer Jepang. Dia juga ditangkap dan disiksa.
Paska Kemerdekaan

Trimurti, yang adalah seorang advokat terkenal hak-hak pekerja, diangkat
sebagai pertama di Indonesia Menteri Tenaga Kerja di bawah Perdana
Menteri Amir Sjarifuddin. Dia bertugas dalam kapasitas yang dari
tahun 1947 sampai tahun 1948. Dia berada di Eksekutif Partai Buruh
di Indonesia, dan memimpin sayap wanita nya [Depan [Working Wanita]].

Dia ikut mendirikan Gerwis, sebuah organisasi perempuan Indonesia,
pada tahun 1950, yang kemudian berganti nama sebagai Gerwani. Dia
meninggalkan organisasi pada tahun 1965. Dia kembali ke perguruan
tinggi ketika ia berusia 41 tahun. Dia belajar ekonomi di Universitas
Indonesia. Dia menolak janji untuk menjadi di Indonesia Menteri Sosial
pada tahun 1959 dalam rangka untuk menyelesaikan gelar sarjana.

Trimurti adalah anggota dan penandatangan Petisi 50 pada tahun 1980,
yang memprotes Soeharto penggunaan 's Pancasila terhadap lawan politiknya.
Para penandatangan Petisi 50 termasuk pendukung kemerdekaan Indonesia
terkemuka serta pemerintah dan pejabat militer, seperti Trimurti dan
mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.




 






















* Kematian

S. K. Trimurti meninggal pada 06:20 pada tanggal 20 Mei 2008, pada
usia 96, di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) di Jakarta,
Indonesia setelah dirawat di rumah sakit selama dua minggu. Dia telah
gagal dalam kesehatan dan terbatas ke kamarnya untuk tahun sebelumnya.

Menurut anaknya, Heru Baskoro, Trimurti meninggal karena vena yang
rusak. Dia juga telah menderita rendah hemoglobin level dan tekanan
darah tinggi.

Sebuah upacara menghormati Trimurti sebagai "pahlawan untuk kemerdekaan
Indonesia" digelar di Istana Negara di Jakarta Pusat. Dia dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

* Kehidupan Pribadi

Pada tahun 1938 ia menikah dengan Muhammad Ibnu Sayuti, yang pengetik
dari Deklarasi Kemerdekaan Indonesia, yang diproklamasikan oleh Soekarno
pada 17 Agustus 1945. Trimurti banyak menghabiskan sisa hidupnya di
rumah kontrakan nya di Bekasi, Jawa Barat.
____________________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar